Diiringi lantunan syair maulid Habsyi, puluhan balita diayun dalam ayunan kain bahalai (jarik) belapis kain kuning. Selain berhias selendang yang dibentuk bunga-bungaan, ayunan juga dihias pucuk daun kelapa yang dibentuk halilipan, ular-ularan, dan sebagainya.
Seakan mengerti sedang didendangkan, anak-anak usia balita yang diayun ibunya itu tak satupun yang merengek apalagi menangis. Bahkan ada yang sampai tertidur.
Ya, baayun anak adalah tradisi turun temurun yang dilakukan ibu-ibu masyarakat Banjar untuk mengantar sang buah hati tidur dengan cara mengayun. Yang lebih menarik, karena sambil mengayun, si ibu berdendang atau bersalawat.
Namun baayun dengan prosesi khusus di bulan Maulid, biasanya lebih afdol dilakukan tiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan kalender Islam, bertepatan dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Dengan maksud agar mendapat berkah kelahiran Nabi.
Malah beberapa tahun terakhir, baayun maulid dimassalkan dan menjadi agenda budaya tahunan yang khas dari Kalimantan Selatan (kalsel), seperti di Mesjid Al Muakrramah Desa Banua Halat, Kabupaten Tapin.
Siti Romlah, ibu muda yang mengikutkan bayi perempuannya Selvina Az Zahra setahun lalu pada event baayun maulid tahun lalu, berharap putrinya menjadi orang baik berakhlak seperti Nabi Muhammad.
“Semoga dengan ikut baayun, hidupnya beberkah seperti Nabi, sikap dan kelakuannya kelak baik, santun pada orangtua dan menjadi orang berguna“, kata Siti Romlah.
Baayun maulid pun menjadi agenda rutin di komplek Makam Sultan Suriansyah, Kuin Utara, Banjarmasin.
“Tahun ini sudah yang ke-7 kali kita menggelar baayun maulid, bersama kita melestarikan adat orang bahari, “kata Panitia Baayun Anak Badan Pengelola dan Pemelihara Komplek Makam Sultan Suriansyah, H. Burhan.
Kegiatan buah kerjasama dengan Pengurus BPK Sultan Suriansyah dan didukung Banjarmasin Post Group tersebut, akan dilaksanakan sabtu, 27 Februari bertepatan 13 Rabiul Awal 1431 Hijriah di Komplek Makam Sultan Suriansyah.
Diakuinya, dari tahun ke tahun antusias masyarakat mengikutinya makin tinggi. Namun karena keterbatasan tempat, sehingga dibatasi cukup 100 anak
Diharapkan anak yang diayun berbudi pekerti baik, pintar, cerdas, seperti Rasulullah, dan tidak dihinggapi penyakit, “ujar Burhan diamini Fazrian Noor.
Sementara pemerhati budaya Banjar Hj. Siti Balkis mengatakan, upacara baayun memang biasa dilakukan oran Banjar. Lazimnya, setelah bayi berusia 40 hari diayun sekaligus bapalas bidan.
Selain menyediakan ayunan, juga dilengkapi sesaji nasi ketan, wadai (kue) 41 macam di antaranya kokoleh putih dan merah, cincin, cucur, tape, dodol, dan lain-lain.
Tidak ketinggalan piduduk bagi bidan yang diletakkan dalam satu wadah, terdiri dari beras tiga setengah liter, kelapa, gula merah, serta pikaras berupa benang, jarum, dan sejumlah uang.
“Ketika diayun, meski tidak pada bulan Maulid ya diiringi dengan bacaan salawat, syair-syair pujian pada Rasulullah, kemudian anak ditapungtawari untuk keselamatannya”, kata Siti Balkis.
0 komentar:
Posting Komentar