Bila berkunjung ke tempat baru, tidak asik rasanya bila belum mencicipi makanan khas daerah tersebut. Karena baru pertama kali ke Banjarmasin, makanan pertama yang saya coba tentunya Soto Banjar…
Btw, beware bagi fakir bandwith…, postingan ini full with picture. :-)
Selain di santap di tempat, kahirnya saya putuskan membeli beberapa butir telur penyu mentah untuk dimasak di Jakarta. Menurut Ibu pemilik rumah makan, cara memasaknya berbeda dibanding telur unggas pada umumnya. Pertama didihkan air terlebih dahulu, masukkan garam beberapa sendok dan kemudian celupkan 5 butir telur penyu pada air yang telah mendidih tadi. Tunggu 10 Menit dan telur siap dihidangkan dan disantap.
Jadi ingat ketika jaman kuliah dulu, saya mempunyai teman perempuan bernama Sandra yang kurus ceking, setelah mengkonsumsi telur penyu beberapa saat, ia dapat memiliki tubuh yang lebih berisi (sekel / montok) karena nafsu makannya meningkat. Program penggemukan badannya berhasil, tetapi ia akhirnya kesulitan mengontrol berat badannya..hahahaha… hello sand how are u anyway…??
belakangan, setelah googling, ternyata Telur penyu dilindungi undang-undang No.5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Jadi merasa bersalah. Tahu gitu nggak jadi tak konsumsi. :-(
Sedangkan Bebek panggangnya saya dapatkan di Rumah Makan Pal Satu Jl.Yani Km 1, Banjarmasin. Kurang begitu tahu tempat favorit untuk menu ini, saya pilih saja yang ramai.
Karena keterbatasan waktu , sebenarnya masih banyak menu khas lainnya yang belum saya cicipi… :-( , seperti:Sate Gambut, Uyun (Bekicot),dll
2.Souvenir dan kue
Di bagian depan Plaza tersebut (seberang jalan), berjejer toko yang menjual kerajinan khas Banjarmasin.
Sialnya untuk mendapatkan kedua kue tersebut harus PESAN DAHULU sehari sebelumnya..!!! Damn! Untungnya di Restoran Cendarawasih yang saya sebutkan sebelumnya, memiliki 1 stok Kue Lam dan Bingka, Thank GOD!
Kuku Macan, yang jelas ini kue ini bukan berasal dari kuku macan asli, bentuknya saja yang mirip kuku macan. Sebenarnya juga bukan kue, tapi kerupuk ikan. Bisa ditemukan di tempat-tempat lain di Indonesia. Bedanya mungkin hanya pada bahan baku ikannya saja. Rasanya sangat enak, kalo sudah makan satu butir, pasti sulit berhenti..haha..
3.Martapura (kain songket , bukan perhiasan)
Akhirnya wisata berikutnya saya ganti ke Martapura saja, salah satu sentra penghasil perhiasan. Setelah menempuh perjalanan yang lumayan melelahkan ( 1,5 jam) dengan sepeda motor, akhirnya saya sampai di “Pasar Wadai Tradisional Martapura”. Bayangan Pasar yang kumuh sirna ketika melihat bangunan baru yang modern dengan kios tertata rapi, Pada bagian depannya terdapat taman dengan papan nama besar bertuliskan “Pertokoan Cahaya Bumi Selamat , Pusat Perdagangan Batu Permata dan Cinderamata”.
Agak kecewa juga karena ternyata kios pernak-pernik perhiasannya sangat mirip dengan yang ada di Balikpapan (Pasar Kebun Sayur) dan di Jakarta (Pasar Jatinegara dan Kota). Merasa berbagai jenis kalung, gelang dan cincin mudah saya temukan di Jakarta, saya putuskan saja untuk menjelajah toko kain songket dan pajangan/aksesori yang tidak begitu banyak .
0 komentar:
Posting Komentar